Kelompok musik Muslim asal Amerika ini merupakan anak-anak dari Syech Fatah yang sangat terkenal di dunia.
“Kami menetap di Indonesia karena ilham dari Allah SWT,” kata Moestafa Daoed. “Kami sudah tinggal di Turki, Afghanistan dan negara lain, tetapi tidak menemukan kenyamanan. Satu malam, Syech Fatah terbangun dari tidur sambil menyerukan kata Indonesia. Padahal, kami tidak tahu Indonesia. Maka, kami jual tanah lalu hijrah ke Indonesia,” papar Mustafa.
Mereka pun menapakan kaki di bilangan Pasar Minggu. Kemudian pindah ke Cinere. “Kami disambut dengan ramah di sini. Kalau di Amerika, wanita berjilbab mungkin dipandang aneh dan dianggap teroris, tetapi personel Debu yang berjilbab nyaman di sini,” jelasnya.
BANJIR JOB
Debu pun merilis album dan selalu kebanjiran job. Kini, di bulan Ramadhan, Debu kembali melepas album Islami bertajuk Dianggap Gila. “Kami menyebut musik kami adalah musik spiritual, maka dengan begitu musik kami diterima semua kalangan,” ujarnya
.”Lagu-lagu Debu selalu menjadi pengobat hati, membuat hati menjadi sabar dan nyaman,” tambahnya.
Grup yang digawangi oleh Mustafa (vokal, gitar), Saleem (flute), Daood (drum, perkusi), Naseem (perkusi), Mujahid (bas), Husniah (violin), Shakurah (lead violin, saz), Achmad (santur), Dimas (gitar), Luthfi (perkusi, tabla), Ali (perkusi), Zahra (keyboard) dan Nadhira (khanoon), berharap bis menjadi WNI secepatnya.